Ya Rabbana
Ya Rabbul Izzati, sekian lama aku mengembara mencari cinta. Terperosok aku dalam kubangan rindu bersulam palsu. Pedih jiwaku, gersang ragaku. Tapi aku tak pernah berhenti memadu rindu, karena ku tahu cinta sejatimu adalah musim semi dalam jiwaku.
Allah,
kuberharap pengembaraan cintaku membawaku pada sebuah taman. Menuju ke
sana, kulalui dengan tertatih-tatih. Kadang terpikir olehku untuk
menuntaskan jalan itu agar aku segera sampai. Tapi yang kutemui hanyalah
taman yang gersang dan tandus di bawah panasnya terik matahari yang
menyiksa jiwaku.
Rabbku,
telah kupenuhi panggilan-Mu, membawa tubuh ringkih ini melewati jalan
yang Kau kehendaki. Telah kucoba melepas segenap yang aku mampu untuk
mengatasi beratnya medan yang menghalang. Telah coba kuatasi sedapatnya
panasnya hari-hari kulewati.
Namun
ampuni aku ya Rabbi. Betapa seringnya hamba tertegun ragu, untuk
melanjutkan perjalanan yang panjang ini. Semuanya memang dikarenakan
kelemahan hati ini yang masih saja berharap mencicipi kenikmatan
duniawi.
Kinipun
hati yang peragu ini masih diguncang gundah. Akankah Kau terima buah
karya tangan lemah ini? Akankah Kau hargai, apabila saat ini hatiku
masih juga mengharapkan wajah lain selain wajah-Mu. Jika masih juga
kunanti senyum lain selain senyum-Mu. Juga masih kudambakan pujian
selain dari pujian-Mu. Betapa semakin berat persangkaanku akan
kesia-siaan amalanku, jika kuingat Engkau Maha Pencemburu!!!
Rabbi,
bukan tak ingin aku istiqomah melewati hari-hari. Bukan tak hendak aku
sabar menanti janji-Mu. Namun Rabbi, apakah salah jika aku menyandarkan
diri pada dinding lain dalam sebuah bangunan Islam-Mu? Angkuhkah aku
yang lemah ini Rabb? Salahkah aku yang dhoif ini Rabb?
Namun
Rabb, lagi-lagi Kau didik aku dalam kealpaan mimpi semuku. Kau dekap
aku dalam belaian tarbiyah yang telah banyak mengajarkan aku banyak hal.
Tak sanggup kubendung air mata keharuan atas semua belaian ini. Karena
aku tahu, tidak semua hamba-Mu Kau perlakukan sama seperti aku. Tersibak
juga tirai kelam yang senantiasa menyeret langkahku menjauh dari-Mu,
sungguh aku bersyukur atas semua ini. Aku sadar tidak sama pejuang
dengan perintang, Kembali ku ingat sebait doa yang pernah kurenda,
tentang sebuah janji yang telah kupatri, tentang azzam yang kutanam dan
juga segala amanahku. Mengingatnya, semakin deras air mata ku mengalir,
semakin kuat dan kokoh kakiku melangkah. Ternyata tanggung jawab itu
besar berada di pundakku.
Rabbana,
kekuatan apakah gerangan ini, yang mengantarkan kakiku ke dada pelangi.
Jauh melesat meninggalkan bayang-bayang. Bergerak bagai awan putih
merindukan terang. Kadang kala kabut pekat yang kutemui. Langkahkupun
seolah terhenti. Namun aku tidak mau terjebak di dalamnya, sekuat tenaga
kucoba berlari, tapi langkah kaki kecilku berpacu dengan nafsu yang
menahan jiwaku. Aku bergumul seorang diri, mulutku berteriak, namun
suaraku bersembunyi. Beruntung aku masih punya nafas, yang bisa
kudendangkan tatkala hatiku sunyi. Dengan nafas itu aku berjalan di atas
bumi. Menuntun hamba-hamba-Mu yang mendambakan cinta sejati.
Rabb,
apakah ini jawaban setiap doa-doaku? Agar Engkau sertakan aku di dalam
barisan para salafussholeh?. Apakah ini jawaban setiap rintihanku, agar
Engkau jadikan setiap nikmat yang ada pada diriku sebagai mahar yang
akan aku persembahkan pada-Mu?
Oh
Rabbi, ampuni atas segala kelemahan imanku, bimbing aku melewati jalan
orang-orang bernyali singa, namun aku cukup arif menyadari Rabb,
siapalah aku ini, betapa diri ini tak layak disejajarkan dengan mereka.
Siapalah aku ini dibandingkan mereka yang senantiasa bersimbah peluh dan
debu untuk membuktikan kecintaanya kepada-Mu? Betapa lancangnya aku
mengukur diri dengan mereka yang menghabiskan malam-malamnya dengan
sujud tersungkur mengharapkan ampunan dan cinta-Mu.
Ya
Rabbana, kesimpulan dari riak-riak hatiku ini, aku ingin sampaikan
terima kasihku kepada-Mu. Walaupun syukur dan taubatku sering mungkir,
namun lautan kasih sayang dan ampunan-Mu kuyakini tak pernah bertepi
Ya
Muhaimin, untuk yang kesekian kalinya, kuucapkan terima kasih yang tak
terhingga, atas segala cinta dan pelabuhan rindunya. Kau adalah musim
semi dalam relung jiwaku. Dalam pangkuan-Mu, terhimpun seluruh
kekuatanku, dengan kekuatan itu tanganku memainkan melodi, mulutku
menyanyi lagu syurgawi. Izinkanlah ya Allah aku menjadi penyambung
cahayaMu yang tiada pernah pudar.
Allah,
Walaupun aku tak layak mensejajarkan diri, tapi aku ingin katakan,
tarbiyah telah merubah diriku, melesat meninggalkan angan-angan hampa,
bayang-bayang semu, serta dongeng yang tak memiliki cerita. Dalam
dekapannya runtuh keangkuhanku, sirna kesombongnnku, lenyap sifat
jahiliyahku. Yang ada saat ini bagaimana membentuk diri, seperti yang
Engkau kehendaki …
Rizali Masri
\(^_*)/
0 respons pembaca:
Post a Comment
Hi everyone .. please leave your comment here